Sorotanmedia.co, Lombok Utara – Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) berencana menata ulang Lapangan Tanjung tahun ini. Ruang terbuka hijau itu akan disulap menjadi taman kota yang lebih modern dan fungsional. Bupati KLU, H. Djohan Sjamsu, mengungkapkan bahwa anggaran sebesar Rp 4 miliar telah disiapkan untuk proyek ini.
“Lapangan Tanjung akan ditata menjadi taman kota. Anggaran sudah disiapkan dan prosesnya akan segera dimulai,” ujar Djohan saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (23/01/2025).
Sebagai bagian dari penataan tersebut, pemerintah akan membuka akses jalan baru yang menghubungkan eks Koramil Tanjung dengan kantor pemerintahan KLU. Namun, proyek ini berdampak pada keberadaan pedagang kaki lima yang saat ini berjualan di area yang akan dibangun jalan tersebut.
“Pedagang di titik yang akan dibangun jalan harus pindah. Area itu akan menjadi jalan masuk ke kompleks pemerintahan. Taman kota juga tidak akan memungkinkan masyarakat bebas berjualan,” jelas Djohan.
Dalam perencanaannya, taman kota ini akan meniru konsep Taman Sangkareang di Kota Mataram. Pedagang hanya akan diizinkan berjualan di titik tertentu menggunakan gerobak, tanpa bangunan permanen.
Para pedagang yang terdampak akan direlokasi ke bekas terminal Tanjung, yang terletak di sebelah timur pasar. “Itu lokasi paling luas. Kita harap semua pedagang bisa terkumpul di sana,” tambah Djohan.
Bupati dua periode itu juga meminta masyarakat, khususnya pedagang, untuk memahami kebijakan ini. Menurutnya, penataan ini dilakukan demi kepentingan bersama untuk menciptakan wajah kota yang lebih rapi dan tertata.
“Kami harap masyarakat bisa memaklumi. Ini untuk kebaikan bersama,” tegasnya.
Namun, rencana ini menuai tanggapan dari pedagang yang merasa belum mendapatkan informasi dan solusi yang jelas. Murniati, salah seorang pedagang, mengaku belum mengetahui rencana penggusuran tersebut.
“Kalau memang ada penataan, mestinya pemerintah kasih tahu lebih dulu, lalu berikan solusi. Kami butuh tempat jualan yang layak dan strategis,” ungkapnya.
Murniati juga menilai relokasi ke eks terminal Tanjung kurang strategis karena lokasinya jauh dari keramaian.
“Kami sudah nyaman di sini. Kalau dipindah ke eks terminal, siapa yang akan beli? Apalagi sudah dekat pasar,” keluhnya.
Senada dengan itu, Rohani, pedagang lainnya, berharap pemerintah tidak memindahkan mereka terlalu jauh. Ia khawatir penataan ini justru mematikan usaha kecil masyarakat.
“Kami butuh solusi yang tidak memberatkan. Jangan sampai usaha kecil kami mati karena kebijakan ini,” pintanya.
Para pedagang berharap pemerintah segera memberikan sosialisasi terkait rencana penataan ini. Mereka juga mendesak agar pemerintah memastikan lokasi relokasi nyaman, strategis, dan tetap mendukung kelangsungan usaha mereka.
Bagi masyarakat dan pedagang, proyek ini merupakan ujian antara mewujudkan wajah kota yang lebih baik sekaligus memastikan roda ekonomi kecil tetap berjalan. (deq)