SOROATANMEDIA.CO, Lombok Timur – Dalam menyambut Hari Pahlawan 10 November, Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Hamzanwadi II NW Anjani, menggelar Seminar Kepahlawanan dengan tema ‘Menelusuri Jejak Kepahlawanan : Dari Perjuangan Hingga Pengakuan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai Pahlawan Nasional’, di Auditorium Ma’had DQH NW Anjani, pada Sabtu (09/11).
Pada seminar MAK Hamzanwadi II NW menghadirkan narasumber yang terlibat langsung dalam proses pengusulan gelar Pahlawan Nasional TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yaitu Sekretaris Umum Pimpus HIMMAH NW, Hasanah Efendi.
Kepala MA Hamzanwadi II NW Anjani, St. Rahma Hayati, menyampaikan momentum Hari Pahlawan menjadi momentum meneguhkan dan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan kepada generasi penerus bangsa, sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana para pendahulu mereka berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
“Ini moment penting untuk mentransfer sejarah bangsa di kalangan kaum milenial untuk mencintai para pahlawan kusuma bangsa yang dengan rela berjuang sepenuh hati hanya untuk memerdekakan bangsa Indonesia tercinta,” katanya.
“Semoga dengan seminar ini, kecintaan para generasi muda kepada para pahlawan ini semakin tinggi dan bisa meneladani perjuangan dan patriotisme pahlawan, terutama Pahlawan Nasional asal NTB almagfurulah Maulanasyaikh Zainuddin Abdul Madjid, yang juga pendiri Madrasah NWDI, NBDI dan Organisasi NW,” pungkasnya.
Dalam pemaparannya, Hasanah Efendi menyampaikan peran dan kontribusi Maulanasyaikh bagi Bangsa Indonesia, baik sebelum dan sesudah merdeka sangat besar. Pada pra kemerdekaan, Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, membentuk wadah perjuangan yang disebut al Mujahidin, di mana perkumpulan ini menghimpun para pemuda Sasak untuk dipompa semangatnya agar memiliki keberanian berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Bukti heroik perjuangan Maulanasyaikh, kita bisa baca sejarah bagaimana adik kandung beliau, TGH Muhammad Faesal Abdul Madjid dan beberapa santri NWDI dan NBDI gugur di medan juang saat penggempuran tentara NICA di Selong pada peristiwa 7 Juni 1949.
“Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, saat itu menjadikan gerakan al Mujahidin dan madrasah NWDI dan NBDI menjadi markas tersembunyi untuk mengatur strategi dalam mengusir penjajah, sehingga ke dua madrasah ini terus diawasi bahkan mau ditutup karena dianggap menjadi markas gelap untuk memberontak kepada penjajah,” tandasnya.
Berkat jasa ini, lanjut Hasfen panggilan akrabnya, Maulanasyaikh layak diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, sehingga pada 10 November 2014, Pimpinan Daerah Pemuda NW di bawah komando Hasanah Efendi dan generasi muda NW lainnya dalam satu wadah Ikatan Loyalis Muda (ILMu) NW menggelar aksi damai dalam menyuarakan pengusulan gelar pahlawan kepada Maulanasyaikh.
“Alhamdulillah pada waktu itu, usulan kami didengar oleh pemerintah daerah Lombok Timur dan langsung membentuk Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) beranggota 13 orang dari berbagai unsur. Tugasnya adalah Melakukan pengkajian dan penggalian sejarah dan fakta autentik. Melakukan visitasi untuk melihat secara langsung sejauh mana tokoh tersebut mendapat pengakuan di masyarakat,” urainya.
Dengan kerja keras dan kerja bersama baik pengusul dan TP2GD, pada 2017 berkat jasa dan pengabdiannya kepada Bangsa Indonesia almagfurulah Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional asal NTB oleh Presiden Joko Widodo bersama tokoh lainnya. (vin)